Mencicipi Makanan Tidak membatalkan Puasa Mencicipi Makanan Tidak membatalkan Puasa | Kabar Terbaru

Mencicipi Makanan Tidak membatalkan Puasa

Mencicipi Makanan Tidak membatalkan Puasa - Hallo teman-teman pembaca Kabar Terbaru, Pada sharing kali ini yang berjudul Mencicipi Makanan Tidak membatalkan Puasa, saya telah menyediakan informasi lengkap tentang Fiqih dengan lengkap tentang Mencicipi Makanan Tidak membatalkan Puasa yang ada dari awal sampai akhir. mudah-mudahan isi postingan Mencicipi Makanan Tidak membatalkan Puasa yang saya tulis ini dapat anda pahami. Okelah kalau begita kalian bisa langsung saja simak tulisan saya ini.

HOME

,

Mencicipi Makanan Tidak membatalkan Puasa - Kabar Terbaru

Kesal banget kan kalau kita capek-capek masak dengan cinta dan sepenuh hati untuk berbuka puasa atau sahur bagi orang-orang tercinta hasilnya justru mengecewakan. Masakan kurang garam lah keasinan, atau terlalu manis. Nah sebenarnya boleh tidak mencicipi masakan saat kita berpuasa?
Ternyata mencicipi makanan tidak membatalkan puasa. Ini penjelaasannya.

Ibnu Hajar berpendapat bahwa diperbolehkan bagi orang yang puasa, baik lelaki maupun wanita, untuk mencicipi makanan jika ada kebutuhan. (Tuhfatul Muhtaz, juz 3, hal: 425). Bentuknya bisa dengan meletakkan makanan di ujung lidahnya, dirasakan, kemudian dikeluarkan, dan tidak ditelan sedikit pun. Di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah perkataan Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu:

لَا بَأسَ أَن يَذُوق الخَلَّ أو الشَيءَ مَا لَـم يَدخُل حَلقَه وهو صائم. رواه البخاري معلقا

Tidak mengapa mencicipi cuka atau makanan lainnya selama tidak masuk ke kerongkongan.” (H.r. Bukhari secara mu’allaq)

Tapi jika tidak ada hajat/ kebutuhan maka hukumnya makruh.

Yang termasuk dalam mencicipi adalah adalah mengunyah makanan untuk suatu kebutuhan. ‘Abdur Rozaq membawakan beberapa riwayat di antaranya dari Yunus dari Al Hasan,

رَأَيْتُهُ يَمْضَغُ لِلصَّبِي طَعَامًا وَهُوَ صَائِمٌ يَمْضَغُهُ ثُمَّ يُخْرِجُهُ مِنْ فِيْهِ يَضَعَهُ فِي فَمِ الصَّبِي

Aku melihat beliau mengunyah makanan untuk anak kecil –sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa-. Beliau mengunyah kemudian beliau mengeluarkan hasil kunyahannya tersebut dari mulutnya, lalu diberikan pada mulut anak kecil tersebut.”

Sementara Syaikh Sulaiman dalam kitab Hasyiah al-Jamal (juz 2, hal: 329) berpendapat bahwa mencicipi makanan hukumnya boleh tapi bisa menjadi makruh jika makanan tersebut dikunyah. Alasannya karena khawatir jika saat mengunyah makanan akan menimbulkan rasa haus atau khawatir jika makanan dikunyah maka mulut akan menghasilkan air ludah yang lebih banyak sehingga ada sebagian makanan yang tertelan.

Wallahu’alam Bishawwab

Sumber:
Ibrahim al-Bajuri. Hasyiah al-Bajuri. Darul Ihya al-Kutub al-Islamiyyah: Indonesia
Sayyid al-Bakri. I’anatuthalibin.Toha Puter: Indonesia
Nawawi al-Bantani. Nihayatu al-Ziin.  Darul Ihya al-Kutub al-Islamiyyah: Indonesia
Sulaiman Bin Umar Al Jamal. Hasyiyah Al Jamal Ala Syarhil Manhaj. Daru Ihya'it Turots Al Arobi
Ahmad bin Muhammad Al-Haitami. 1983. Tuhfatul Fi Syarhil Minhaj. Maktabah At-Tijariyah Al-Kubro, Kairo: Mesir

Sekianlah Articel Mencicipi Makanan Tidak membatalkan Puasa

Demikian artikel dari kami tentang Mencicipi Makanan Tidak membatalkan Puasa, mudah-mudahan bisa memberi informasi dan manfaat untuk anda semua. Baiklah Kabar Terbaru cukup sampai disni dulu postingan saya kali ini terima kasih telah mampir.

Kalian sedang membaca articel Mencicipi Makanan Tidak membatalkan Puasa dan articel ini url permalink yaitu https://adakabarterbaru.blogspot.com/2016/06/mencicipi-makanan-tidak-membatalkan.html. Semoga artikel Fiqih ini bisa bermanfaat.
Mencicipi Makanan Tidak membatalkan Puasa